The Effect of Bioactivator and Biochar Types on The Organic Waste Composing Process

Erica Fabela, Siswanto Siswanto, Purnomo Edi Sasongko

Abstract

Background: Combining the right bioactivator and biochar dosage can speed up the process and increase the compost quality. Using compost in agriculture can reduce the excessive use of chemical fertilizers, improve soil health and crop yields, and contribute to overall agricultural sustainability. Methods: The research was conducted in March-August 2021 in Kemantren Village, Tulangan District, Sidoarjo Regency. Analysis activities were conducted at the Land Resources Laboratory, Faculty of Agriculture, UPN "Veteran" East Java. This research uses a factorial experimental design based on CRD (Completely Randomized Design) and consists of two factors. Factor 1 is the type of bioactivator, namely: A0: Control; A1: Cattle Farmer; A2: Tapai; and A3: Banana Beetle. Factor 2 provides biochar: B0: Control; B1: 200 grams; and B2: 300 grams. Observation data were analyzed using Analysis Of Variance (ANOVA). Then, if there is a real difference between treatments, the Honest Significant Difference (BNJ) test is carried out with an error rate of 5%. Results: The research results showed that the best compost was the use of a banana hump cultivator, while the best biochar was 200 g. The best results from the combination of bioactivator and biochar were the application of 200 g of cow manure and banana hump bioactivator. Conclusions: The combination of banana stem bioactivators and cow dung with 0 gr biochar (control) improved the quality of the chemical properties of the compost. In contrast, adding biochar at both 200 g and 300 g concentrations showed improvements in the physical quality of the compost texture.

Full text article

Generated from XML file

References

Anif, S., Rahayu, T., & Faatih, M. (2007). Pemanfaatan Limbah Tomat sebagai Pengganti Em-4 pada Proses Pengomposan Sampah Organik. Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, 8(2), 119–143.
Cahaya, T. S, A., & Adi Nugroho, D. (2009). Pembuatan kompos dengan menggunakan limbah padat organik (sampah sayuran dan ampas tebu. Jurnal Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro.
Djaenudin, D. (2007). Potensi Sumber Daya Lahan untuk Perluasan Areal Tanaman Pangan di Kabupaten Merauke. Jurnal MIPA. 40(1): 1-6
Dwina Lubna, & Sembiring, E. (2013). Emisi Co2 Dan Penurunan Karbon Organik Pada Campuran Tanah Dan Kompos (Skala Laboratorium). Jurnal Tehnik Lingkungan, 19(1), 23–33.
Dyasmara, S. P., Syekhfani, & Nuraini, Y. (2016). Efektifitas kompos campuran ampas teh, kotoran sapi dan kotoran kambing terhadap serapan N pada tanaman bawang daun pada inceptisol. Jurnal Tanah dan Sumber Daya Lahan, 3(1), 285–292.
Glaser, B., Haumaier, L., Guggenberger, G., & Zech, W. (2001). The’Terra Preta’phenomenon: A model for sustainable agriculture in the humid tropics. Naturwissenschaften, 88, 37–41.
Hartatik, W., & Setyorini, D. (2012). Pemanfaatan pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan tanah dan kualitas tanaman. Badan Penelitian Litbang Pertanian Balai Penelitian Tanah. Bogor, 571–582.
Ismayana, A., Indrasti, N. S., Suprihatin, A. M., & TIP, A. F. (2012). Faktor rasio C/N awal dan laju aerasi pada proses co-composting bagasse dan blotong. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 22(3), 173-179
Kaya, E. (2014). Pengaruh Pupuk Organik Dan Pupuk NPK terhadap pH dan K-tersedia Tanah serta Serapan-K , Pertumbuhan, dan Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L.). Buana Sains, 14(2), 116–123.
Kesumaningwati, R. (2015). Kegunaan MOL bonggol pisang (Musa paradisca) sebagai dekomposer untuk pengomposan tandan kosong kelapa sawit. Jurnal Zira’ah, 40(1), 40–45.
Larasati, A. A., & Puspikawati, S. I. (2019). Pengolahan sampah sayuran menjadi kompos dengan metode takakura. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 60–68.
Lu, W., Ding, W., Zhang, J., Li, Y., Luo, J., Bolan, N., & A, Z. X. (2014). Biochar suppressed the decomposition of organic carbon in a cultivated sandy loam soil: A negative priming effect. Soil Biology and Biochemistry, 76, 12–21.
Muliani, S. (2022). Uji karakteristik fisik (pH, suhu, tekstur, warna, bau dan berat) kompos tumbuhan pakis resam (Gleichenia linearis) yang di perkayakotoran sapi. green swarnadwipa: jurnal pengembangan ilmu pertanian, 11(3), 511–522.
Purwendro, S. (2006). Mengolah Sampah u/Pupuk & Pestisida. Penebar Swadaya.
Rosmarkam, A., & Nasih, W. (2009). Ilmu Kesuburan Tanah. Surabaya: Kanisius.
Sagiarti, T., Okalia, D., & Markina, G. (2020). Analisis C-Organik, Nitrogen dan C/N Tanah pada Lahan Agrowisata Beken Jaya di Kabupaten Kuantan Singingi. Jurnal Agrosains dan Teknologi, 5(1), 11–18.
Saraiva, B., Pacheo, E. B. V., Visconte, L. L. Y., Bispo, E. P., Escocio, V. A., de Sousa, A. M. F., Soares, A. G., Junior, M. F., Motta, L. C. D. C., & Brito, G. F. D. C. (2012). Potential for Utilization of Post Fiber Extracttion Waste from Tropical fruit Production in Brazil-the Example of Banana Pseudostem. International Journal of Enviroment and Bioenergy, 4(2), 101–119.
Subula, R., Uno, W. D., & Abdul, A. (2022). Kajian tentang kualitas kompos yang menggunakan bioaktivator EM4 (effective microorganism) dan mol (mikroorganisme lokal) dari keong mas. Jambura Edu Biosfer Journal, 4(2), 54–64.
Sulistyawati, E., Mashita, N., & Choesin, D. (2007). Pengaruh agen dekomposer terhadap kualitas hasil pengomposan sampah organik rumah tangga. Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Bandung, Institut Teknologi Bandung.
Susetya, D. (2016). Panduan Lengkap Membuat Pupuk Organik. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Trivana, L., & Pradhana, A. Y. (2017). Optimalisasi Waktu Pengomposan dan Kualitas Pupuk Kandang dari Kotoran Kambing dan Debu Sabut Kelapa dengan Bioaktivator PROMI dan Orgadec. Jurnal Sain Veteriner, 35(1), 136–144.
Ubaidillah, U., Maryadi, M., & Dianita, R. (2018). Karakteristik Fisik dan Kimia Phospho-Kompos Yang Diperkaya dengan Abu Serbuk Gergaji sebagai Sumber Kalium: Physical and Chemical Characteristics of Phospho-compost Enriched with Sawdust Ash as Potassium Source. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan, 21(2), 98–109.
Wahyudin, & Nurhidayatullah. (2018). Pengomposan Sampah Organik Rumah Tangga Menggunakan Mikroorganisme Lokal Bonggol Pisang sebagai Bioaktivator. Jurnal Agriovet, 1(1), 11–14.
Widarti, B. N., Wardhini, W. K., & Sarwono, E. (2015). Pengaruh rasio C/N bahan baku pada pembuatan kompos dari kubis dan kulit pisang. Jurnal Integrasi Proses, 5(2).
Wulandari, D., Fatmawati, D., Qolbaini, E., & Praptinasari, S. (2009). Penerapan MOL (Mikro-organisme Lokal) Bonggol Pisang sebagai Biostarter Pembuatan Kompos. PKM-P. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.
Yuniarti, A., Solihin, E., & Arief Putri, A. T. (2020). Aplikasi pupuk organik dan N, P, K terhadap pH tanah, P-tersedia, serapan P, dan hasil padi hitam (Oryza sativa L.) pada inceptisol. Kultivasi, 19(1), 1040.
Yuniwati, M., & Padulemba, A. (2012). Optimasi kondisi proses pembuatan kompos dari sampah organik dengan cara fermentasi menggunakan EM4. Jurnal Teknologi, 5(2), 172–181.

Authors

Erica Fabela
Siswanto Siswanto
siswanto.agro@upnjatim.ac.id (Primary Contact)
Purnomo Edi Sasongko
Fabela, E., Siswanto, S., & Sasongko, P. E. (2024). The Effect of Bioactivator and Biochar Types on The Organic Waste Composing Process. BIOEDUSCIENCE, 8(2), 177–192. https://doi.org/10.22236/jbes/13262

Article Details