Main Article Content

Abstract

Background: Urgensi dan permasalahan yang menjadi fokus kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah adalah pemetaan partisipatif dalam mengukur Tourism Area Life Cycle Pada Komunitas Pemanfaat Danau Balang Tonjong Kota Makassar. Program penelitian masyarakat ini bertujuan untuk melakukan penetaan partisipatif untuk mengukur Tourism Area Life Cycle. Metode: Model atau pendekatan yang dapat dipakai adalah Asset Based Community Development (ABCD). Hasil: Berdasarkan hasil tahapan discovery, diperoleh informasi bahwa di Danau Balang Tonjong telah dikembangkan melalui program dari Pemerintah Kota Makassar untuk lokasi wisata perairan. Namun sejak 10 tahun terakhir objek wisata tersebut mengalami kemunduran. Hingga saat ini hanya tersisa bangunan semi permanen Baruga Wisata dibagian selatan danau yang kondisinya sudah tidak terawat. Tourism Area Life Cycle (TALC) yang dikembangkan oleh Butler (2006) yang diolah kemudian dianalisis memberikan hasil bahwa berdasarkan analisis tersebut maka kawasan Danau Balang Tonjong berada pada tahapan penurunan (decline) menurut kriteria dari Tourism Area Life Cycle (TALC. Kesimpulan: Danau Balang Tonjong membutuhkan arahan prioritas pada beberapa permasalahan yang segera diselesaikan yaitu tidak tertatanya kawasan dan fasilitas pariwisata yang belum sepenuhnya berfungsi optimal.

Keywords

Danau Balang Tonjong Komunitas Pemetaan partisipatif Tourism Area Life Cycle

Article Details

How to Cite
Handayani, R., Asmulyani, A., K, R., Awaluddin, I., Surur, F., Ulil Albab, N. I., Nurfatimah, N., & Usman, K. S. (2023). Pemetaan Partisipatif dalam Mengukur Tourism Area Life Cycle pada Komunitas Pemanfaat Danau Balang Tonjong Kota Makassar. Jurnal SOLMA, 12(3), 923–931. https://doi.org/10.22236/solma.v12i3.11997

References

  1. Butler, R. (2006). The tourism area life cycle. Toronto: Channel view publications Vol 1.
  2. Dollah, A. S., & Rasmawarni. (2019). Struktur Sebaran Ruang Terbuka Hijau di Kota Makassar. Jurnal LINEARS, 8-11. https://doi.org/10.26618/j-linears.v2i1.3023
  3. Fan L, Xue S, Liu G (2012) Patterns and its disaster shelter of urban green space: Empirical evidence from Jiaozuo city, China. African Journal of Agricultural Research Vol. 7, Issue 7: pp. 1184-1191. https://doi.org/10.5897/AJAR11.1661
  4. Jegdić, V., Oliver, & Gradinac. (2016). Cities as Destinations of Urban Ecotourism: The Case Study of Novi Sad. Acta Economica Et Turistica, 1-12. https://doi.org/10.1515/aet-2016-0014
  5. Kamaruddin, C. A., & Alam, S. (2019). Analisis potensi sektor unggulan dan pemetaan kemiskinan masyarakat di Wilayah Maminasata Sulawesi Selatan. Jurnal Ad'ministrare, 85-98. https://doi.org/10.26858/ja.v5i2.7886
  6. Nel, H. (2020). Stakeholder engagement: asset-based community-led development (ABCD) versus the traditional needs-based approach to community development. Social Work, 1-15. http://dx.doi.org/10.15270/52-2-857
  7. Nurdiyanah, Parmitasari, R. D., Muliyadi, I., Nur, S., & Nur, S. (2016). Panduan Pelatihan Dasar Asset Based Community Development (ABCD). Makassar: Nur Khairunnisa.
  8. Rijal, S. (2008). Kebutuhan ruang terbuka hijau di Kota Makassar tahun 2017. Jurnal Hutan dan Masyarakat, 1-7.
  9. Rizal, M. (2015). Kawasan Wisata Tepian Air Waduk Tunggu Pampang di Kota Makassar. Makassar: UIN Alauddin Makassar.
  10. Rohmat, R., & Prakosa, D. (2017). Pertunjukan Sandhur Ttuban Refleksi Peralihan Masyarakat Agraris Menuju Budaya Urban. Panggung, 1-13. http://dx.doi.org/10.26742/panggung.v27i1.236
  11. Salahuddin, N., Safriani, A., Ansori, M., Purwati, E., Hanafi, M., Naily, N., . . . Swasono, E. P. (2015). Panduan KKN ABCD UINSunan Ampel Surabaya. Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel Surabaya.
  12. Selmi, S., Wiharto, W., & Patang, P. (2020). Analisis Air, Substrat Tanah dan Cemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) Pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Pada Waduk Tunggu Pampang Kelurahan Bitoa, Kota Makassar. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 34-46. https://doi.org/10.26858/jptp.v5i2.9626
  13. Sukmana, O. (2009). Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata (Studi Wilayah Kota Batu). Humanity, 42-47.
  14. Ziegler, E. H. (2009). The case for megapolitan growth management in the 21st century: Regional urban planning and sustainable development in the United States. The Urban Lawyer, 147-182.