Main Article Content

Abstract

Background: Prelakteal adalah pemberian makanan atau minuman selain ASI sejak lahir atau sebelum ASI keluar, yang berkontribusi pada rendahnya cakupan ASI dan meningkatnya angka stunting. Di Kalimantan Timur, angka prelakteal mencapai 23,9%. Meski pemerintah telah mempromosikan pentingnya ASI eksklusif, cakupan pemberian ASI hingga 6 bulan di Kutai Kartanegara menurun dari 69,1% (2020) menjadi 50% (2022). Penelitian sebelumnya menunjukkan 73% ibu di Desa Bukit Raya memberikan prelakteal, dan tak satu pun dari bayi tersebut menerima ASI hingga 6 bulan. Dari ibu yang tidak memberikan prelakteal, hanya sebagian yang memberi ASI selama 6 bulan. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan kader dan mencegah praktik prelakteal. Metode: Metode edukasi dilakukakan dalam kegiatan ini. Tahap pertama yang dilakukan adalah melakukan pengkajian alasan terkait prelakteal yang dilakukan masyarakat kemudian tahap kedua memberikan edukasi terkait cara mencegah prelakteal berdasakan keluhan yang ada di masyarakat kemudian mempraktikkan metode pijat oksitosin dan pemberian minuman pelancar ASI yaitu kunyit asam yang dipercaya mengandung laktogogum untuk melancarkan ASI. Hasil: Sebanyak 30 kader mengalami peningkatan pengetahuan terkait bahaya dan cara mencegah prelakteal menggunakan pijatan oksitosin serta ramuan kunyit asam. Kesimpulan: Dalam kegiatan ini kader berkomitmen menjadi tim pencegah prelakteal dan diketahui oleh kepala desa untuk seterusnya membantu ibu nifas dalam melancarkan ASI.

Keywords

Kader Menyusui Pemberdayaan Prelakteal Breastfeeding Cadres Empowerment Prelacteal

Article Details

How to Cite
Sihaloho, C. B., Siregar, N., Putri, R. A., & Lushinta, L. (2025). Edukasi Prelakteal Pada Kader Dalam Upaya Meningkatkan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Bukit Raya. Jurnal SOLMA, 14(2), 2020–2026. https://doi.org/10.22236/solma.v14i2.18597

References

  1. Couto, G. R., Dias, V., & Oliveira, I. de J. (2020). Benefits of exclusive breastfeeding: An integrative review. Nursing Practice Today, 7(4), 245–254. https://doi.org/10.18502/npt.v7i4.4034
  2. Haloho, C., Patty, F. I. T., Siregar, N., Putri, R. A., & Lushinta, L. (2025). Hubungan pemberian prelakteal dengan kegagalan pemberian ASI selama 6 bulan. Jurnal Kebidanan Indonesia, 16(1), 153–161.
  3. Infant, M., Team, F., Infant, E., & Practitioner, F. (2021). Oxfordshire Breastfeeding Support – How to increase your milk supply. Information for parents: Underlying risk factors (Issue March).
  4. Nguyen, P., Binns, C. W., Ha, A. V. Van, Chu, T. K., Nguyen, L. C., Duong, D. Van, Do, D. Van, & Lee, A. H. (2020). Prelacteal and early formula feeding increase risk of infant hospitalisation: A prospective cohort study. Archives of Disease in Childhood, 105(2), 122–126. https://doi.org/10.1136/archdischild-2019-316937
  5. Novianti dan Anissa Rizkianti. (2013). Pemberian Asupan Prelakteal sebagai Salah Satu Faktor Kegagalan ASI Ekslusif pada Pekerja Buruh Industri Tekstil di Jakarta. Jurnal Kesehatan Reproduksi, 5, 23–36.
  6. Republik Indonesia, K. K. (2018). Laporan Nasional RKD 2018. In Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (p. 674).
  7. Sara, M., Hertanto, W., & Irene, M. (2016). Makanan (prelakteal dan papahan ) sebagai faktor risiko kejadian stunting pada usia 12-24 bulan di Lombok Timur NTB. Jurnal Ilmu Kesehatan, 1–10.
  8. Sembiring, T. (2022). Asi Eksklusif.
  9. Uddin, H. (2019). Prelacteal feeding practice and maintenance. March.
  10. Zefanya, N. N., Devriany, A., Wardani, Z., Virmando, E., & Salfiyadi, T. (2024). Prelacteal feeding practices are stunted in infants. AcTion: Aceh Nutrition Journal, 9(1), 159. https://doi.org/10.30867/action.v9i1.1430