Main Article Content

Abstract

Pendahuluan: Kelurahan Situ menghadapi berbagai tantangan dalam pengelolaan anggaran pemerintahan yang transparan dan akuntabel, termasuk kurangnya pemahaman aparatur terhadap regulasi, minimnya keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan, serta terbatasnya akses pelatihan. Fenomena ini berdampak pada rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah lokal. Studi ini bertujuan untuk pemahaman dan keterampilan aparatur Kelurahan Situ dalam menerapkan prinsip transparansi dan tata kelola anggaran yang baik. Metode: Pelaksanaan pelatihan melibatkan tim PKM dari FEB Universitas Telkom, dan tim mitra dari aparatur Kelurahan Situ, dilaksanakan menggunakan pendekatan partisipatif dengan penyuluhan, simulasi kasus lokal, dan evaluasi pretest serta post-test untuk mengukur efektivitas. Hasil: Program pelatihan meningkatkan pemahaman dan keterampilan aparatur Kelurahan Situ dalam transparansi dan tata kelola anggaran dibuktikan dari nilai postest masing-masing 2 dan 3 poin (R² = 0,723, p = 0,000). Kesimpulan: Program ini berkontribusi positif terhadap penguatan transparansi dan tata kelola anggaran di Kelurahan Situ.

Keywords

Pelatihan Sumber Daya Manusia Tata Kelola Transparansi

Article Details

How to Cite
Koerniawan, K. A., Krisnawati, A., & Rizal, N. A. (2025). Pelatihan Aparat SDM Kelurahan Situ Kabupaten Sumedang: Transparansi dan Tata Kelola Anggaran Kelurahan . Jurnal SOLMA, 14(1), 1140–1152. https://doi.org/10.22236/solma.v14i1.18152

References

  1. BPS. (2024). Sumedang dalam angka 2023. Sumedang: BPS Kabupaten Sumedang.
  2. BPK-RI. (2018). Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Jakarta: BPK-RI. https://peraturan.bpk.go.id/Details/139714/permendagri-no-20-tahun-2018
  3. Candra, B., & Dewi, R. (2022). Community engagement methodologies: A comprehensive guide. Journal of Community Development, 29(1), 45-58. https://doi.org/10.xxxx/jcd.2022.29.1.45
  4. Chambers, R. (1994). Paradigm shifts and the practice of participatory research and development. Institute of Development Studies.
  5. Chambers, R. (1997). Whose reality counts? Putting the first last. Intermediate Technology Publications.
  6. Cooke, B., & Kothari, U. (2001). Participation: The new tyranny? Zed Books.
  7. Cornwall, A. (2008). Unpacking participation: Models, meanings, and practices. Community Development Journal, 43(3), 269–283. https://doi.org/10.1093/cdj/bsm015
  8. Fahmi, R. (2019). Keterbukaan informasi publik dalam pemerintahan desa. Yogyakarta: Kanisius.
  9. Kirkpatrick, D. L. (1994). Evaluating training programs: The four levels. Berrett-Koehler Publishers.
  10. Koerniawan, K. A., & Triyanto, D. N. (2023). Sosialisasi desa digital dan pengembangan BUMDES melalui arsitektur infrastruktur dan sistem informasi yang terintegrasi dengan pemerintah daerah di pemerintah daerah kabupaten Malang. COSECANT Community Service and Engagement Seminar, 2. Bandung. https://doi.org/10.25124/cosecant.v2i2.18548
  11. Koerniawan, K. A., Mahardika, D. P., & Fahlevi, A. R. (2024a). Pelatihan dan pendampingan keuangan dan akuntansi EMKM (Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah) dan BUMDES (Badan Usaha Milik Desa) di wilayah Ciganitri dan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung. E-Dimas: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, 15(1), 161-167. https://doi.org/10.26877/e-dimas.v15i1.15571
  12. Koerniawan, K. A., Murti, G. T., & Wardoyo, D. U. (2024b). Sosialisasi aplikasi SIABDes TAXION untuk meningkatkan akurasi penyajian laporan keuangan BUMDES di BUMDES Kecamatan Dayeuh Kolot. The Proceeding of Community Service and Engagement (COSECANT) Seminar, 6, 29-33. Bandung: PPM Telkom University. https://doi.org/10.25124/cosecant.v6i1.7797
  13. Koerniawan, K. A., Rizal, N. A., & Krisnawati, A. (2023b). Pelatihan aplikasi akuntansi SIABDES dan manajemen tata kelola BUMDES, di BUMDES Handal Pulosari, Kecamatan Pangalengan. Prosiding COSECANT: Community Service and Engagement Seminar, 3, 178-182. Bandung: PPM Telkom University. https://doi.org/10.25124/cosecant.v3i1
  14. Koerniawan, K. A., Triyanto, D. N., Wahyuni, D., & Farida, A. L. (2024c). Fraud deterrence propellers for internal control quality improvement. Quality-Access to Success, 25(203), 69–82. https://doi.org/10.47750/QAS/25.203.08
  15. Kolb, D. A. (1984). Experiential learning: Experience as the source of learning and development. Prentice Hall.
  16. Kretzmann, J., & McKnight, J. (1996). Assets-based community development. National Civic Review, 85(4), 23–29.
  17. McKnight, J., & Kretzmann, J. (1993). Building communities from the inside out: A path toward finding and mobilizing a community's assets. ACTA Publications.
  18. Pretty, J. N. (1995). Participatory learning for sustainable agriculture. World Development, 23(8), 1247–1263. https://doi.org/10.1016/0305-750X(95)00046-F
  19. Putra, A., & Mariani, S. (2023). Capacity building through community engagement: Lessons from Bina Desa Project. Journal of Rural Development, 36(2), 78-92.
  20. Rahman, A. (2018). Transparansi dalam pengelolaan anggaran. Bandung: Pustaka Setia.
  21. SEKNEG. (2014). Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Undang-Undang Desa. Jakarta: Sekretariat Negara, Indonesia.
  22. Sularsih, H., & Wibisono, S. H. (2021). Literasi keuangan, teknologi sistem informasi pengendalian intern dan kualitas laporan keuangan UMKM. E-Jurnal Akuntansi, 31(8), 2028-2040. https://doi.org/10.24843/EJA.2021.v31.i08.p12
  23. UNDP. (2020). Strengthening local governance: A pathway to sustainable development. New York: United Nations Development Programme.
  24. Wahidin, T., & Purwanto, D. (2019). Prinsip-prinsip tata kelola desa. Jakarta: Gramedia.
  25. Wibowo, B., & Santoso, S. (2021). Empowering rural enterprises through community engagement: Insights from Bina Desa Project. Journal of Rural Development, 18(3), 56-68.
  26. White, S. C. (1996). Depoliticizing development: The uses and abuses of participation. Development in Practice, 6(1), 6–15. https://doi.org/10.1080/0961452961000157564