Main Article Content

Abstract

Hingga saat ini film dokumenter yang mengisahkan hidup penyandang disabilitas masih sangat jarang. Karena itu film Widya, Jemari Jiwaku Menari (Widya JJM) menjadi film yang tergolong langka. Artikel ini mengkaji tentang representasi diskriminasi terhadap anak perempuan penyandang disabilitas tuli. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Teori yang digunakan adalah semiotika model John Fiske. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi pustaka. Analisis data dilakukan dengan analisis semiotika John Fiske. Hasil analisis menunjukkan bahwa representasi kedudukan penyandang disabilitas belum setara dengan nondisabilitas. Penyandang disabilitas memiliki stereotip sebagai orang yang bodoh dan selalu tergantung pada orang lain. Mereka dianggap sebagai objek dan bukan subjek. Objek untuk dikasihani, bahan tertawaan, cemoohan, dan perisakan (bullying). Stereotip ini menyebabkan orang gagal memahami penyandang disabilitas secara adil. Penyandang disabilitas tidak perlu dikasihani. Mereka hanya perlu mendapat hak dan perlakuan yang sama dengan manusia lainnya. Untuk bisa berhasil penyandang disabilitas harus memiliki tekad yang kuat dan berjuang secara gigih seperti tokoh Widya dalam film ini.

Keywords

disabilitas, diskriminasi, film, representasi

Article Details

How to Cite
Bastiar, D. (2022). REPRESENTASI DISKRIMINASI TERHADAP PENYANDANG DISABILITAS DALAM FILM WIDYA, JEMARI JIWAKU MENARI. KOMUNIKA, 9(2), 12–26. https://doi.org/10.22236/komunika.v9i2.9116

References

    Afrizal. (2017). Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin (Cetakan ke). Rajawali Pers.

    Barnes, C. (1992). Disabling Imagery and the Media: An Exploration of the Principles for Media Representations of Disabled People. The British Council of Organizations of Disabled People and Ryuburn Publishing Limited.

    Giannetti, Louis D. (1982). Understanding Movies. New York: Prentice Hall.

    Kementerian PPPA RI. (2019). Pengertian, Jenis, dan Hak Penyandang Disabilitas. Sistem Perlindungan Anak Berkebutuhan Khusus Kemen PPPA. https://spa-pabk.kemenpppa.go.id/index.php/perlindungan-khusus/anak-penyandang-disabilitas/723-penyandang-disabilitas

    Nichols, Bill.. (2001). Introduction to Documentary. USA: Indiana University Press.

    Nurgiyantoro, B. (2015). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

    Rahmawati, R. R., Wibowo, B. Y., & Lestari, D. J. (2018). Menari Sebagai Media Dance Movement Therapy (DMT). Jurnal Pendidikan Dan Kajian Seni, 3(1), 31–46. https://doi.org/10.30870/jpks.v3i1.4065

    Ratmanto, A. (2018). Beyond The Historiography: Film Dokumenter Sejarah Sebagai Alternatif Historiografi di Indonesia. SASDAYA: Gadjah Mada Journal of Humanities, 2(2). https://doi.org/10.22146/sasdayajournal.36452

    Siebers, Tobin. (2008). Disability Theori. https://library.brockport.edu/c.php?g=1045324&p=7837834

    Susilo, P., & Setiawati, D. (2021). Studi tentang Perilaku Bullying Verbal dan Penanganannya pada Siswa Kelas XI SMA I Al-Aly Kelitidu Bojonegoro. Jurnal BK Unesa, 12(1).

    Tedika. (2016). Sejarah Film Dokumenter Indonesia Modern. Eagleinstitute.Id. http://eagleinstitute.id/detail/97/sejarah-film-dokumenter-indonesia-modern

    Triananda, K. (2015, October 22). Ini Alasan Film Dokumenter Kurang Populer di Indonesi. Beritasatu.Com. https://www.beritasatu.com/hiburan/316450/ini-alasan-film-dokumenter-kurang-populer-di-indonesia