PELAYANAN KONSELING PASIEN OLEH APOTEKER DI KOTA MEDAN PATIENT COUNCELING SERVICE BY PHARMACIST IN MEDAN CITY
Abstract
Latar belakang: Konseling apoteker merupakan suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan. Layanan konseling oleh apoteker ini merupakan salah satu standar layanan klinik yang harus dilakukan oleh seorang apoteker. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan layanan konseling apoteker di kota Medan Sumatra Utara. Metode penelitian: Desain penelitian adalah deskriptif-eksploratif menggunakan teknik survei terhadap apoteker yang menjadi sampel di kota Medan pada bulan Juli – Agustus 2015. Data dikumpulkan dengan metode pasien simulasi dan menggunakan alat ukur check list, resep dokter. Data dianalisis dengan statistik deskriptif. Hasil dan Kesimpulan: Apoteker yang bersedia memberikan layanan konseling atas permintaan pasien simulasi sebesar 66,67% dari 60 orang sampel. Informasi yang banyak disampaikan oleh apoteker adalah nama obat, waktu penggunaan obat, frekuensi, jumlah obat yang diberikan, dan efek samping. Poin informasi yang disampaikan oleh kurang dari 50% apoteker adalah kontraindikasi, onset obat, rute obat, bentuk sediaan obat, interaksi obat, penyimpanan obat dan pembuangan obat. Secara umum kualitas poin informasi obat yang disampaikan oleh apoteker sudah baik dan sesuai dengan informasi yang ada dalam literatur. Konseling belum menjadi aktifitas yang dilakukan oleh apoteker secara rutin atas inisiatif sendiri.
Full text article
References
ASHP. 1997. Guidelines on pharmacist-conducted patient education and counseling, American Journal of Health-System Pharmacy, 54(4), pp. 431–434.
Dewanti, S. W., Andrajati, R. and Supardi, S. 2015. Pengaruh konseling dan leaflet terhadap efikasi diri, kepatuhan minum obat, dan tekanan darah pasien hipertensi di dua puskesmas kota depok, Jurnal kefarmasian indonesia, 5(1), pp. 33–40. doi: 10.22435/jki.v5i1.4088.33-40.
Harianto, H. R. 2007. Pengaruh Konseling Tentang Terapi Obat Tbc Terhadap Kepatuhan Penderita Tbc Paru Pada Terapi Obat Periode Februari-Mei 2007 Di Kelurahan Pancoran Mas-Depok, Majalah Ilmu Kefarmasian, IV(##issue.vol## 4, ##issue.no## 2 (2007)), pp. 49–58. Available at: http://journal.ui.ac.id/index.php/mik/article/view/1187.
Idacahyati, K. 2013. Peningkatan Kepatuhan Pasien Hipertensi dengan Pemberian Informasi Obat, Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada, 17(2), pp. 243–247.
Kartinah, N. et al. 2015. Gambaran Pelayanan Kefarmasian di Apotek Wilayah Kota Banjarbaru Berdasarkan Standar Pelayanan Kefarmasian, Seminar Nasional & Workshop Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik 5, pp. 245–251. Available at: http://semnasffua.com/2015/wp-content/uploads/2013/09/34.pdf.
Lwanga S.K. and Lemeshow S. 1991. Sample size determination in health studies A practicle manual, World Health Organization, p. 38.
Mursal. 2016. Konseling Terhadap Kepatuhan Berobat Penderita Hipertensi Counseling toward Medication Adherence of Hypertensive Patient, Jurnal Ilmu Keperawatan, 4(1).
Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
Republik Indonesia. 2016a. Permenkes nomor 72 tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit, Peraturan Menteri Kesehatan NO 72 TAHUN 2016.
Republik Indonesia. 2016b. Permenkes nomor 73 tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek. indonesia.
Republik Indonesia. 2016c. Permenkes nomor 74 tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di puskesmas.
Saibi, Y. 2015. Peran Apoteker Komunitas dalam Peningkatan Derajat Kesehatan Indonesia, Medika Islamika, 12(1), pp. 128–137. Available at: http://dkk.balikpapan.go.id/page/derajat-kesehatan.
Suci, R. P., Saibi, Y. and Dasuki, A. 2018. Kualitas Pelayanan Informasin Obat ( Konseling ) di Apotek Kabupaten Garut, Jurnal Pharmascience, 05(01), pp. 1–7.
Sucipto, A. and Rosa, E. M. 2014. Efektivitas Konseling DM dalam Meningkatkan Kepatuhan dan Pengendalian Gula Darah pada Diabetes Melitus Tipe 2, Muhammadiyah Journal of Nursing, 1(2), pp. 9–20.
Wiedenmayer, K. et al. 2006. Developing pharmacy practice A focus on patient care, p. 87. Available at: http://www.who.int/iris/handle/10665/69399.
World Health Organization.1998. The role of the pharmacist in self-care and self-medication, World Health Organisation, p. 15. doi: WHO/DAP/98.13.
Yasin, N. M. et al. 2016. Model Teman Apoteker"¯: Alternatif Model Intervensi Apoteker Bagi Pasien Tuberkulosis Teman Apoteker Model"¯: Pharmacist Intervention Model Alternative for, Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi, Volume 6 N, pp. 229–242.
Yosi Febrianti; Satibi; Rina Handayani. 2013. Pengaruh Konseling Apoteker Terhadap Tingkat Kepatuhan dan Hasil Terapi Pasien Hipertensi Rawat Jalan di Poliklinik Penyakit Dalam, Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi, 3(4), pp. 311–317.