Coronavirus Jakarta: Perbandingan Pemukiman Kumuh dan Pemukiman Mewah

Marwan Wahyudin

Abstract

ABSTRAK



Kasus Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) sudah merebak ke lebih dari 200 negara, salah
satunya Indonesia. Episentrum penyebaran COVID-19 di Indonesia adalah DKI Jakarta. Kepadatan
DKI Jakarta sebagai ibu kota negara menimbulkan banyak permasalahan seperti buruknya
pemukiman. Terjadinya pemisahan antara pemukiman kumuh dan mewah adalah hasil persaingan
tingkat dan ekonomi penduduk. Selama pandemik berlangsung belum diketahui apakah pemukiman
kumuh atau pemukiman mewah yang lebih terdampak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan antara pemukiman kumuh dengan pemukiman mewah pada kasus COVID-19. Data yang
digunakan adalah data harian COVID-19 DKI Jakarta dari tanggal 25 Maret 2020 sampai dengan
18 Oktober 2020 dengan menggabungkan data Badan Pusat Statistik berupa muatan dominan, yaitu
pemukiman kumuh dan mewah. Berdasarkan hasil penelitian, secara rata-rata harian keseluruhan
jumlah kasus positif di pemukiman kumuh mencapai 65,58 kasus sedangkan pada pemukiman
mewah mencapai 56,57 kasus. Pemukiman kumuh cenderung lebih beresiko terkena COVID-19
dikarenakan ekonomi dan sulitnya akses kesehatan. Ditemukan perbedaan nyata antara pemukiman
kumuh dan mewah terhadap variabel kasus positif, pasien sembuh, pasien dirawat, pasien
meninggal, dan pasien yang melakukan isolasi mandiri. Perlunya penangan lebih tepat pada
pemukiman kumuh agar bisa mengurangi dampak yang terjadi.



Kata Kunci: Pemukiman, Kumuh, Mewah, Jakarta, COVID-19

Full text article

Generated from XML file

Authors

Marwan Wahyudin
marwan.wahyudin@bps.go.id (Primary Contact)
Wahyudin, M. (2021). Coronavirus Jakarta: Perbandingan Pemukiman Kumuh dan Pemukiman Mewah. ARKESMAS (Arsip Kesehatan Masyarakat), 6(1), 23–31. https://doi.org/10.22236/arkesmas.v6i1.5945
Copyright and license info is not available

Article Details