Abstract
ABSTRACT
Almost every year as many as 2 million workers died from workplace accidents are caused by
work fatigue factors). In Indonesia, every day an average of 414 workplace accidents due to fatigue
27.8% is quite high approximately 9.5% or 39 people experiencing disability. Industrial washing
jeans is one part of the textile industry and is engaged in the laundering and discoloration. Fatigue
occurs because workers are often faced with a workload that is as diverse as the target resolution
of the work to be timely. Thus the need to know the relationship of internal factors and external
factors of employees with job burn out of employees in the production of laundry garment Laundry
CV Sinergie West Jakarta in 2013.
The study was conducted in laundry CV Sinergie located in Jalan Pos Pengumben No. 12 Kebon
Jeruk, West Jakarta. The timing of this study from March 2013 until October 2013. It was started
with preparing a research proposal to the seminar results. This study used a cross sectional design.
The study population was all employees CV Sinergie Laundry in the production of as many as 74
people. Determination of the number of samples used saturated sampling method.The analysis
technique used is the analysis of univariate and research bivariat. The results of analysis showed
70.6% of employees experience fatigue high category, employees with older age (≥35 years)
52.7%, long working life (> 5 years) 58.1% , poor nutrition status / underweight 59.5%, 70.3%
marital status, mental workload low category 62.2%, smoking 85.1%, 55.4% breakfast habits,
the condition of the building uncomfortable 66.2%. There is a relationship between age (pvalue
0.000), marital status (pvalue 0.034), mental workload (pvalue 0.036), smoking (pvalue 0,000),
breakfast habit (pvalue 0.016), the condition of buildings (pvalue 0,033) with work fatigue. No
relationship between tenure (pvalue 0.250), nutritional status / IMT (pvalue 0.798) with work
fatigue so that interventions can be expected were the entrepreneur can apply a more ergonomic
way of working, doing job rotation more often, not too often provide overtime work and provide
for their employees wheeler cart.
Keywords: employees, fatigue, occupational risk
ABSTRAK
Hampir setiap tahun sebanyak 2 juta pekerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja yang
disebabkan oleh faktor kelelahan kerja. Di Indonesia setiap hari rata-rata terjadi 414 kecelakaan
kerja, 27,8% disebabkan kelelahan yang cukup tinggi dan lebih kurang 9,5% atau 39 orang
mengalami cacat. Industri pencucian jeans merupakan salah satu bagian dari industri tekstil dan bergerak di bidang pencucian dan pelunturan warna. Kelelahan terjadi karena pekerja sering dihadapkan pada beban kerja yang beragam seperti target penyelesaian pekerjaan yang
harus tepat waktu. Dengan demikian perlu diketahui adanya hubungan faktor internal dan
faktor eksternal karyawan dengan kelelahan kerja pada karyawan garment laundry di bagian
produksi CV Sinergie Laundry Jakarta Barat tahun 2013.
Penelitian dilakukan di CV Sinergie Laundry yang berada di Jalan Pos Pengumben No. 12
Kebon Jeruk Jakarta Barat. Waktu pelaksanaan penelitian ini mulai bulan Maret 2013 sampai
dengan bulan Oktober 2013. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Populasi
penelitian adalah seluruh karyawan CV Sinergie Laundry di bagian produksi sebanyak 74
orang. Penentuan jumlah sampel menggunakan metode sampling jenuh. Teknik analisis yang
digunakan yaitu analisis univariat dan analisis bivariat. Hasil penelitian menunjukkan 70,6%
karyawan mengalami kelelahan kategori tinggi, karyawan dengan umur tua (≥35 tahun) 52,7%,
masa kerja lama (>5 tahun) 58,1%, status gizi kurang baik/kurus 59,5%, status kawin 70,3%,
beban kerja mental dengan kategori rendah 62,2%, kebiasaan merokok 85,1%, kebiasaan tidak
sarapan 55,4%, dan kondisi bangunan gedung tidak nyaman 66,2%. Terdapat hubungan antara
umur (p-value 0,000), status perkawinan (p-value0,034), beban kerja mental (p-value 0,036),
kebiasaan merokok (p-value 0,000), kebiasaan sarapan (p-value 0,016), kondisi bangunan
gedung (p-value 0,033) dengan kelelahan kerja.Tidak ada hubungan antara masa kerja (p-value
0,250), status gizi/IMT (p-value 0,798) dengan kelelahan kerja. Intervensi yang bisa diharapkan
adalah pengusaha dapat menerapkan cara kerja yang lebih ergonomis, melakukan rotasi kerja
lebih sering, jangan terlalu sering memberikan kerja lembur, dan menyediakan troli beroda
bagi karyawan.
Kata kunci: karyawan, kelelahan, risiko kerja