Page 1 of 10

40

Pengembangan Algoritma Rekomendasi Menggunakan Collaborative Filtering dan

Content-Based Filtering

1Muhammad Rafly Junaedi, 2Mohammad Givi Efgivia

12 Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

1raflym1406@gmail.com,

2mgivi@uhamka.ac.id

Abstrak

Dalam era digital saat ini, sistem rekomendasi memainkan peran penting dalam membantu

pengguna menemukan informasi atau produk yang relevan di tengah banyaknya pilihan yang tersedia.

Namun, sistem rekomendasi tradisional sering menghadapi tantangan seperti masalah cold

start dan sparsity. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan algoritma rekomendasi yang lebih efektif

dengan menggabungkan dua pendekatan utama, yaitu Collaborative Filtering (CF) dan Content-Based

Filtering (CBF). CF memanfaatkan data interaksi pengguna sebelumnya untuk memberikan rekomendasi

berdasarkan preferensi pengguna yang serupa, sementara CBF menggunakan fitur atau karakteristik konten

untuk menyarankan item yang sesuai dengan minat pengguna.

Metodologi penelitian ini melibatkan pengujian dan penggabungan kedua pendekatan tersebut

menggunakan teknik weighted hybridization, di mana bobot tertentu diberikan pada hasil dari CF dan CBF

berdasarkan kinerja model. Data yang digunakan terdiri dari 10.000 pengguna dan 5.000 item, dengan total

150.000 interaksi. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa pendekatan hibrida mampu meningkatkan akurasi

rekomendasi secara signifikan, dengan peningkatan precision sebesar 0,82, recall sebesar 0,76, dan F1-

score sebesar 0,79, serta mengurangi Mean Absolute Error (MAE) menjadi 0,22. Selain itu, pendekatan

hibrida juga berhasil mengatasi masalah cold start dan meningkatkan diversitas rekomendasi.

Temuan ini menunjukkan bahwa pendekatan hibrida dapat menjadi solusi yang efektif dalam

pengembangan sistem rekomendasi yang adaptif dan personal, serta dapat diterapkan dalam berbagai

domain seperti e-commerce, layanan streaming, dan media sosial.

Kata Kunci: Algoritma Rekomendasi, Collaborative Filtering, Content-Based Filtering, Sistem

Rekomendasi, Pendekatan Hibrida, Cold Start, Sparsity

Pendahuluan

Dalam beberapa dekade terakhir, perkembangan teknologi informasi telah menyebabkan pertumbuhan data

digital yang sangat pesat. Salah satu tantangan yang muncul dari perkembangan ini adalah bagaimana

menyediakan informasi yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Untuk mengatasi masalah

ini, sistem rekomendasi telah menjadi solusi yang populer dalam berbagai aplikasi, mulai dari e-commerce,

layanan streaming, hingga media sosial (Adomavicius & Tuzhilin, 2005). Di antara berbagai metode yang

digunakan dalam sistem rekomendasi, dua pendekatan yang paling umum adalah Collaborative Filtering

dan Content-Based Filtering.

Collaborative Filtering

Collaborative Filtering (CF) adalah metode yang mengandalkan perilaku dan preferensi pengguna lain

untuk memberikan rekomendasi. CF bekerja berdasarkan asumsi bahwa jika sekelompok pengguna

memiliki preferensi yang mirip di masa lalu, mereka kemungkinan akan memiliki preferensi serupa di masa

depan (Schafer et al., 2007). Metode ini dapat dibagi menjadi dua pendekatan utama: User-Based dan Item- Based Collaborative Filtering.

Page 2 of 10

41

 User-Based Collaborative Filtering: Pendekatan ini merekomendasikan item kepada pengguna

berdasarkan kesamaan preferensi dengan pengguna lain. Misalnya, jika pengguna A dan B memiliki

sejarah preferensi yang mirip, maka item yang disukai oleh A dapat direkomendasikan kepada B

(Sarwar et al., 2001).

 Item-Based Collaborative Filtering: Dalam pendekatan ini, item direkomendasikan berdasarkan

kesamaan dengan item lain yang telah dinikmati oleh pengguna. Jika seorang pengguna menyukai

item X, dan item X sering disukai bersama dengan item Y oleh pengguna lain, maka item Y akan

direkomendasikan (Koren et al., 2009).

Meskipun metode Collaborative Filtering telah terbukti efektif, pendekatan ini juga memiliki beberapa

kelemahan, seperti masalah cold start dan sparsity. Masalah cold start terjadi ketika ada pengguna atau item

baru dengan sedikit informasi sehingga sulit untuk memberikan rekomendasi yang akurat (Bobadilla et al.,

2013).

Content-Based Filtering

Content-Based Filtering (CBF) adalah pendekatan yang merekomendasikan item berdasarkan karakteristik

atau fitur dari item itu sendiri. Pendekatan ini menggunakan atribut-atribut deskriptif dari item dan

mencocokkannya dengan profil preferensi pengguna (Lops et al., 2011). Misalnya, dalam konteks

rekomendasi film, jika seorang pengguna menyukai film bergenre aksi dengan aktor tertentu, maka sistem

akan merekomendasikan film lain dengan genre dan aktor yang sama.

Pendekatan CBF memiliki keunggulan dalam mengatasi masalah cold start karena dapat memberikan

rekomendasi bahkan ketika data interaksi pengguna masih terbatas (Pazzani & Billsus, 2007). Namun, CBF

juga memiliki keterbatasan, seperti kecenderungan untuk memberikan rekomendasi yang kurang beragam

dan terlalu fokus pada fitur-fitur yang telah diketahui pengguna (Steck, 2011).

Pendekatan Hibrida

Untuk mengatasi kelemahan masing-masing pendekatan, banyak penelitian yang mengusulkan penggunaan

pendekatan hibrida yang menggabungkan Collaborative Filtering dan Content-Based Filtering. Pendekatan

hibrida dapat meningkatkan akurasi dan cakupan rekomendasi dengan menggabungkan keunggulan dari

kedua metode tersebut (Burke, 2002). Dalam pendekatan ini, rekomendasi dapat diperoleh dengan

menggabungkan skor dari kedua metode, atau dengan menggunakan metode lain seperti ensemble learning

untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih akurat (Jawaheer et al., 2014).

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan algoritma rekomendasi yang lebih efektif dengan

menggabungkan Collaborative Filtering dan Content-Based Filtering. Melalui pendekatan hibrida ini,

diharapkan dapat diperoleh rekomendasi yang lebih relevan dan sesuai dengan preferensi pengguna,

sekaligus mengatasi masalah cold start dan sparsity yang sering ditemui pada sistem rekomendasi

tradisional.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini mengadopsi pendekatan kuantitatif untuk mengembangkan dan menguji efektivitas algoritma

rekomendasi berbasis pendekatan Collaborative Filtering dan Content-Based Filtering. Penelitian ini

terdiri dari beberapa tahap, yaitu pengumpulan data, pra-pemrosesan data, pengembangan model, evaluasi

model, dan analisis hasil.

Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari dua sumber utama:

 Data Interaksi Pengguna: Data ini mencakup informasi tentang preferensi dan perilaku pengguna

terhadap item tertentu, seperti riwayat penilaian, pembelian, atau konsumsi konten. Data ini sangat

Page 3 of 10

42

penting untuk pendekatan Collaborative Filtering karena memungkinkan model untuk memahami

pola preferensi pengguna (Koren et al., 2009).

 Data Konten: Data ini mencakup fitur-fitur deskriptif dari item yang direkomendasikan, seperti

kategori, deskripsi, atribut, dan karakteristik lainnya. Data konten sangat penting untuk pendekatan

Content-Based Filtering karena membantu dalam mencocokkan item dengan preferensi pengguna

berdasarkan atribut yang relevan (Pazzani & Billsus, 2007).

Pra-Pemrosesan Data

Pada tahap ini, data yang telah dikumpulkan akan diproses untuk memastikan kualitas dan konsistensi.

Langkah-langkah pra-pemrosesan meliputi:

Pengisian Data Hilang (Missing Values): Beberapa data pengguna mungkin tidak lengkap. Metode seperti

imputasi rata-rata atau nilai default digunakan untuk mengisi data yang hilang (Little & Rubin, 2019).

Normalisasi Data: Data penilaian pengguna biasanya memiliki skala yang berbeda-beda. Normalisasi

digunakan untuk memastikan bahwa skala penilaian konsisten sehingga model dapat menghasilkan

rekomendasi yang lebih akurat (Sarwar et al., 2001).

Pengembangan Model

Pada tahap ini, dua pendekatan utama akan digunakan untuk mengembangkan algoritma rekomendasi:

 Collaborative Filtering (CF): Model ini akan dikembangkan dengan menggunakan pendekatan

Matrix Factorization yang dikenal efektif dalam menangani data interaksi pengguna yang besar

dan sparsity. Teknik Singular Value Decomposition (SVD) akan digunakan untuk memfaktorkan

matriks interaksi pengguna-item (Koren, 2008).

 Content-Based Filtering (CBF): Model ini akan dibangun dengan menggunakan metode TF-IDF

(Term Frequency-Inverse Document Frequency) untuk menganalisis konten item dan

mencocokkannya dengan preferensi pengguna. Profil pengguna akan dibuat berdasarkan fitur-fitur

item yang telah mereka interaksi sebelumnya (Lops et al., 2011).

Penggabungan Pendekatan Hibrida

Untuk mengatasi kelemahan masing-masing pendekatan, penelitian ini akan mengimplementasikan metode

hibrida yang menggabungkan Collaborative Filtering dan Content-Based Filtering. Pendekatan hibrida ini

akan diuji menggunakan teknik ensemble seperti Weighted Hybridization, di mana bobot tertentu diberikan

pada hasil dari CF dan CBF berdasarkan kinerja model (Burke, 2002).

Evaluasi Model

Tahap evaluasi model bertujuan untuk mengukur kinerja algoritma rekomendasi yang dikembangkan.

Metode evaluasi yang digunakan meliputi:

 Metode Evaluasi Kuantitatif: Menggunakan metrik seperti Precision, Recall, F1-Score, dan Mean

Absolute Error (MAE) untuk mengukur akurasi dan relevansi rekomendasi (Herlocker et al., 2004).

 Evaluasi Kualitatif: Pengguna akan diminta untuk menilai kualitas rekomendasi berdasarkan

pengalaman mereka dalam menggunakan sistem rekomendasi, guna memahami aspek lain seperti

kepuasan dan kemudahan penggunaan (Jawaheer et al., 2014).

Analisis dan Interpretasi Hasil

Setelah model dievaluasi, hasil akan dianalisis untuk memahami kinerja algoritma dan potensi perbaikan.

Analisis ini akan mencakup:

 Analisis Kuantitatif: Melakukan analisis statistik terhadap metrik evaluasi untuk mengidentifikasi

model mana yang memberikan kinerja terbaik (Jannach et al., 2012).

 Analisis Kualitatif: Meninjau umpan balik pengguna dan hasil rekomendasi untuk memahami

kelebihan dan kekurangan sistem (Said et al., 2013).

Hasil dan Pembahasan

Hasil Evaluasi Model

Page 4 of 10

43

Setelah pengembangan algoritma rekomendasi menggunakan pendekatan Collaborative Filtering (CF),

Content-Based Filtering (CBF), dan pendekatan hibrida, model-model tersebut dievaluasi untuk menilai

kinerja dan relevansi rekomendasi yang dihasilkan. Evaluasi ini dilakukan menggunakan data uji yang

mencakup interaksi pengguna dengan berbagai item.

Hasil Evaluasi Collaborative Filtering: Model CF menunjukkan kinerja yang baik dalam memberikan

rekomendasi kepada pengguna yang memiliki riwayat interaksi yang cukup. Model ini mampu

mengidentifikasi pola preferensi pengguna berdasarkan interaksi dengan pengguna lain yang memiliki

preferensi serupa. Namun, model ini menunjukkan penurunan kinerja saat menghadapi masalah cold start,

di mana pengguna baru atau item baru belum memiliki cukup data interaksi (Schafer et al., 2007).

Hasil Evaluasi Content-Based Filtering: Model CBF memberikan kinerja yang cukup baik dalam

merekomendasikan item kepada pengguna dengan memperhatikan fitur-fitur konten yang sesuai dengan

preferensi mereka. Model ini tidak terlalu terpengaruh oleh masalah cold start karena dapat memanfaatkan

data atribut item. Namun, hasil rekomendasinya cenderung kurang beragam dan terbatas pada fitur yang

sudah ada dalam profil pengguna (Pazzani & Billsus, 2007).

Hasil Evaluasi Pendekatan Hibrida: Model hibrida yang menggabungkan CF dan CBF menghasilkan

rekomendasi yang lebih akurat dan relevan dibandingkan dengan penggunaan model secara terpisah.

Pendekatan ini mampu memanfaatkan kekuatan dari kedua metode dan mengatasi kelemahan masing- masing. Model hibrida menunjukkan peningkatan dalam metrik evaluasi seperti Precision dan Recall, dan

mampu memberikan rekomendasi yang lebih beragam kepada pengguna (Burke, 2002).

Evaluasi Menggunakan Metrik Kuantitatif

Evaluasi kuantitatif dilakukan menggunakan beberapa metrik utama, seperti Precision, Recall, F1-Score,

dan Mean Absolute Error (MAE). Metrik ini digunakan untuk mengukur efektivitas rekomendasi yang

dihasilkan oleh masing-masing model.

 Precision mengukur proporsi item yang direkomendasikan yang benar-benar relevan dengan

pengguna. Model hibrida menunjukkan precision yang lebih tinggi (0,82) dibandingkan dengan CF

(0,75) dan CBF (0,78), menunjukkan bahwa model ini lebih efektif dalam memberikan

rekomendasi yang relevan.

 Recall menghitung proporsi item relevan yang berhasil direkomendasikan oleh model. Model

hibrida memiliki nilai recall sebesar 0,76, yang lebih tinggi daripada CF (0,70) dan CBF (0,72),

menunjukkan bahwa pendekatan hibrida lebih efektif dalam menemukan item yang relevan untuk

pengguna.

 F1-Score adalah rata-rata harmonis dari precision dan recall, dan digunakan sebagai indikator

keseluruhan kinerja model. Model hibrida memiliki F1-Score tertinggi (0,79), menunjukkan kinerja

keseluruhan yang lebih baik.

 Mean Absolute Error (MAE) digunakan untuk mengukur kesalahan rata-rata antara prediksi dan

nilai sebenarnya. Model hibrida memiliki MAE yang lebih rendah (0,22) dibandingkan dengan CF

(0,30) dan CBF (0,28), menunjukkan bahwa model hibrida lebih akurat dalam memprediksi

preferensi pengguna.

Berikut adalah tabel yang menggambarkan hasil evaluasi kuantitatif: