BAHASA DIGITAL DALAM MEDIA SOSIAL ANAK-ANAK MILENIAL
Keywords:
Bahasa, media sosial, teknologi digital dan anak milenialAbstract
Penelitian tentang penggunaan bahasa digital anak-anak milenial dalam sosial media memiliki permasalahan yaitu (1) bagaimana penggunaan bahasa dalam sosial media anak milenial, (2) bagaimana bentuk bahasa dalam sosial media anak milenial. Yang dilihat dalam kajian ini adalah bagaimana anak-anak milenial menggunakan berbagai bahasa yang dikuasainya dalam era teknologi digital, terutama dalam menulis status di facebook, what app, line, instagram sebagai media sosial anak milenial. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan menggunakan metode padan intralingual. Metode padan intra lingual adalah metode analisis dengan cara menghubung-hubungkan unsur-unsur yang bersifat lingual. Unsur-unsur lingual ini dihubungkan baik dengan unsur yang terdapat dalam satu bahasa atau dalam beberapa bahasa yang berbeda. Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan analisis menggunakan rangkaian kata sehingga hasilnya dapat disimpulkan. Penelitian ini menghasilkan 6 hal penggunaan bahasa dalam media social anak-anak milenial yaitu: (1) Ditemukan banyak penggunaan variasi bahasa gaul yang menggunakan singkatan seperti " ga, gw, tw, lhu, knal, y, sd, dg, cwe-cwo, otw, kuy . (2) Menggunakan berbagai jargon seperti kata cemungut yang maknanya memberi semangat, cayoo (jia you) sebagai pemebri semangat dalam bahasa Mandarin, sotoy yang maknanya sok tahu, bacot berarti banyak omong, ngemil yang artinya banyak makan kudapan, santuy bermakna santai, engeh maknanya paham, gercep akronim yang maknya gerak cepat, jargon capcus yang maknanya secepat kilat, otw maksudnya on the way atau menuju ke tempat tujuan dan lain sebagainya. (3) Menggunakan kata serap bahasa Inggris dengan penulisan yang salah karena dipengaruhi oleh lafal bahasa Indonesia. Kata guys ditulis menjadi gays, frasa safe journey ditulis save journey, Memunculkan kata sculiah yang dipengaruhi dari kata school dan kuliah. Kata Isya (Arab) ditulis Iza, digunakan isyilah cikgu (Malaysia) artinya guru. (4) Ditemukan penggunaan ragam bahasa daerah dalam media sosial anak milenial, dengan tujuan untuk mengakrabkan suasana komunikasi. (5) Menggunakan paduan antara angka dan huruf dengan makna tersendiri. Misalnya pada KrjN D Klar saatY menuju T4 13Ain yang dimaknai dengan pekerjaan sudah kelar/selesai, saatnya menuju tempat bermain. (6) Bahasa digital anak milenial cenderung meninggalkan kaidah penulisan yang benar dalam bahasa Indonesia. Mereka tidak menggunakan huruf kapital dengan benar, tidak menggunakan tanda baca dengan tepat dan tidak mengikuti sejumlah aturan yang ada dalam PUEBI. (7) Bentuk bahasa media sosial anak milenial dapat disimpulkan berupa penggunaan singkatan, yang terdiri dari satu hingga 4 huruf. Selain itu ditemukan banyak kesalahan penggunaan tanda baca dan huruf capital. .