https://journal.uhamka.ac.id/index.php/metalik/issue/feedMETALIK : Jurnal Manufaktur, Energi, Material Teknik2024-10-28T00:00:00+07:00Yos Nofendrijurnal.metalik@uhamka.ac.idOpen Journal Systems<p><strong>METALIK : Jurnal Manufaktur, Energi, Material Teknik</strong> adalah jurnal yang dikelola dan diterbitkan oleh Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah PROF. DR. HAMKA. Publikasi jurnal ini, bertujuan menyebarluaskan pemikiran konseptual atau ide dan hasil penelitian yang telah dicapai oleh peneliti. Jurnal Metalik diterbitkan secara berkala 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun, yaitu <strong>Februari</strong> dan <strong>September.</strong> Jurnal Metalik mempublikasikan hasil penelitian, pemikiran dan gagasan yang berkaitan dengan bidang ilmu Teknik Mesin (manufaktur, energi, material teknik).</p>https://journal.uhamka.ac.id/index.php/metalik/article/view/16574Pengaruh Temperatur Terhadap Shrinkage Hasil Cetakan Model Cup pada Proses Injection Molding2024-10-18T10:12:04+07:00Septian AndriansyahSEPTIANANDRIANSYAH96@YAHOO.COMAsyari Daryusasyaridaryus01@gmail.comTrisna Ardi Wiradinatatrisnaardi@gmail.comHerry Susantosmt.eng77@gmail.comDidik Sugiyantodidiksgy@gmail.com<p>Injeksi plastik merupakan proses pembentukan produk dari material plastik dengan variasi bentuk dan ukuran. Hasil injeksi plastik harus memenuhi tuntutan antara lain, bentuk ukuran dan tampilan yang baik atau tidak boleh ada cacat pada permukaan misalnya shinkmark, air trap danpermukaan yang tidak halus. Material plastik yang digunakan antara lain polypropylene, polysterene, plastik campuran. Proses pembentukan produk plastik membutuhkan variasi parameter suhu pemanas, pendinginan, waktu tahan dan kecepatan injeksi. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen berupa variasi suhu 270°C, 300°C dan 330°C yang diberikan pada tiga kali percobaan disetiap suhunya. Setelah dilakukan penelitian didapatkan hasil nilai <em>shrinkage</em> panjang dan shrinkage diameter pada mesin injeksi molding. Nilai dari hasil pengujian variasi suhu bersifat fluktuaktif dengan nilai shrinkage ketebalan terbesar 1,3 mm, nilai shrinkage tinggi 3,7 mm. Setelah dilakukan pengujian semakin besar suhu maka semakin besar nilai <em>shrinkage</em></p>2024-10-28T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 METALIK : Jurnal Manufaktur, Energi, Material Teknikhttps://journal.uhamka.ac.id/index.php/metalik/article/view/16460Kajian Pengaruh Pack Carburizing Dengan Sumber Karbon Arang Bambu Terhadap Kekerasan dan Ketangguhan Impak Baja AISI 1040 2024-10-18T10:15:00+07:00alesandro chiesaalessandrochiesa21@gmail.comYovial Mahjoedinyovial@bunghatta.ac.idWenny Marthianawenny_ma@yahoo.comGhifarighifarifataalkhoiri@gmail.com<p>Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penambahan unsur karbon memakai arang bambu sebagai bahan karbon terhadap kekerasan dan nilai impak material baja AISI 1040 melalui <em>pack carburizing</em>. Pada penelitian terdapat 4 kelompok spesimen uji, yaitu <em>raw material</em>, material dengan perlakuan <em>pack carburizing</em> pada temperatur 800°C, 900°C, 1000°C. Hasil pengujian kekerasan menunjukkan meningkatnya kekerasan bahan seiring peningkatan temperatur <em>carburizing</em> dengan kenaikan sebesar 67,32% dari <em>raw material</em>. Kekerasan tertiPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis penambahan unsur karbon memakai arang bambu sebagai bahan karbon terhadap kekerasan dan nilai impak material baja AISI 1040 melalui <em>pack carburizing</em>. Pada penelitian terdapat 4 kelompok spesimen uji, yaitu <em>raw material</em>, material dengan perlakuan <em>pack carburizing</em> pada temperatur 800°C, 900°C, 1000°C. Hasil pengujian kekerasan menunjukkan meningkatnya kekerasan bahan seiring peningkatan temperatur <em>carburizing</em> dengan kenaikan sebesar 67,32% dari <em>raw material</em>. Kekerasan tertinggi 50,53 HRA dijumpai pada spesimen carburizing dengan suhu 1000 ºC, dan nilai kekerasan terendah pada bahan tanpa <em>treatment</em> (<em>raw material</em>) dengan nilai 30,2 HRA. Hal ini menandakan meningkatnya unsur karbon pada bagian permukaan spesimen. Hal yang sama ditunjukkan pada pengujian impak yaitu meningkatnya energi impak seiring meningkatnya suhu <em>treatment. Raw material</em> memiliki energi impak 93,13 Joule, sementara energi impak, berturut-turut, pada suhu 800°C sebesar 260,44 J, 900°C sebesar 279,99 J, dan 1000°C sebesar 165,91 J. Hal ini menunjukkan bahwa ketangguhan spesimen menurun pada suhu <em>carburizing</em> tinggi seiring dengan meningkatnya kekerasan bahannggi 50,53 HRA dijumpai pada spesimen carburizing dengan suhu 1000 ºC, dan nilai kekerasan terendah pada bahan tanpa <em>treatment</em> (<em>raw material</em>) dengan nilai 30,2 HRA. Hal ini menandakan meningkatnya unsur karbon pada bagian permukaan spesimen. Hal yang sama ditunjukkan pada pengujian impak yaitu meningkatnya energi impak seiring meningkatnya suhu <em>treatment. Raw material</em> memiliki energi impak 93,13 Joule, sementara energi impak, berturut-turut, pada suhu 800°C sebesar 260,44 J, 900°C sebesar 279,99 J, dan 1000°C sebesar 165,91 J. Hal ini menunjukkan bahwa ketangguhan spesimen menurun pada suhu <em>carburizing</em> tinggi seiring dengan meningkatnya kekerasan bahan</p>2024-10-28T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 METALIK : Jurnal Manufaktur, Energi, Material Teknikhttps://journal.uhamka.ac.id/index.php/metalik/article/view/16422Menentukan Varian Arus Pengelasan Plat (A36) Las SMAW Dengan Elektroda E70182024-10-18T10:16:24+07:00Firman Gunawanwilarso@sttmcileungsi.ac.idWilarso Wilarsowilarso@sttmcileungsi.ac.idHilman Sholihhilmansholih@gmail.comAswin Domoditedomodite@gmail.comAwang Suryadomodite@gmail.comAsep Dharmantoadharmanto@gmail.comAsep Saepudinasepktks@gmail.com<p>Kekuatan hasil sambungan las dapat dipengaruhi oleh masukan panas, masukan panas yang baik akan mengakibatkan logam las berdifusi dengan baik atau tidak, sehingga akan berpengaruh terhadap kekuatan sambungan las. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan arus 100A, 120A, 140A Pengelasan Terhadap Kekuatan Uji Lengkung (Bending Test), Uji Kekerasan, dan Uji Makroskopik Las SMAW Dengan Elektroda E7018. Penelitian ini menggunakan bahan baja jenis A36 ketebalan 10 mm Bahan diberikan perlakuan pengelasan dengan variasi arus 100 Ampere, 120 Ampere, 140 Ampere dengan menggunakan las SMAW arus AC (<em>Alternating Current</em>) dengan elektroda E 7018 diameter 3,2 mm. Jenis kampuh yang digunakan adalah kampuh V dengan sudut 70°. Spesimen dilakukan pengujian Lengkung (Bending <em>Test</em>), Uji Kekerasan, dan Uji Makroskopik. Pada hasil pengujian bending dengan metode face bending, Maka hasil uji bending yang dinyatakan memenuhi kriteria atau lulus kriteria adalah pada benda uji 100A, Sedangkan pada benda uji 120A dan 140A mengalami retak pada bagian weld metal, maka dinyatakan not good. Pada pengujian kekerasan vickers nilai kekerasan tertinggi pada daerah las terdapat pada arus 140A sebesar 202 Kg/mm<sup>2</sup>, dan nilai kekerasan tertinggi pada daerah HAZ terdapat pada arus 140A sebesar 142 Kg/mm<sup>2</sup>, sedangkan nilai kekerasan pada material semua sama yakni 175 Kg/mm<sup>2</sup>. Pada hasil pengujian macro maka dapat dilihat daerah weld metal, base metal, dan daerah HAZ. Pengujian macro pada arus 100A penetrasi antara weld metal dengan base metal terjadi cukup baik, sedangkan pada 120A dan 140A penetrasi yang terjadi kurang baik antara weld metal dengan base metal</p>2024-10-28T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 METALIK : Jurnal Manufaktur, Energi, Material Teknikhttps://journal.uhamka.ac.id/index.php/metalik/article/view/16420Analisis Patahnya Batang Piston Pada Mesin Wheel Loader SDLG 933L2024-10-18T10:17:56+07:00Barlan Tahiti Saufawilarso@sttmcileungsi.ac.idWilarso Wilarsowilarso@sttmcileungsi.ac.idHilman Sholihhilmansholih@gmail.comAswin Domoditedomodite@gmail.comAwang Suryaawang.surya.68@gmail.com<p>Batang piston merupakan komponen mesin sebagai penghubung piston ke poros engkol untuk menerima tenaga dari piston yang diproses dari pembakaran dan meneruskannya ke poros engkol. Pada saat ingin mengoperasikan unit <em>wheel loader</em> SDLG 933l mesin tidak bisa start atau mati total, maka dari itu penelitian ini melakukan overhaul atau pembongkaran mesin unit <em>wheel loader</em> SDLG 933l, pada saat pembongkaran mesin ditemukan komponen batang piston yang patah sehingga mesin tidak bisa hidup, maka dari itu harus melakukan penggantian batang piston yang patah agar mesin bisa hidup kembali dengan normal. Tujuan dari penelitian ini ingin menganalisa penyebab terjadinya batang piston yang patah, agar tidak terjadi lagi patahnya pada komponen batang piston. Penelitian ini menggunakan metode <em>fishbone analysis. </em>Dari hasil penelitian patahnya batang piston yang terjadi disebabkan oleh kekurangan volume oli mesin, penyumbatan pada saluran pompa oli mesin, dan masuknya air radiator coolant ke ruang pembakaran. Maka dari itu solusi dalam penelitian ini adalah melakukan perawatan mesin yang maksimal</p>2024-10-28T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 METALIK : Jurnal Manufaktur, Energi, Material Teknikhttps://journal.uhamka.ac.id/index.php/metalik/article/view/16765Analisis Variasi Waktu Tekan Terhadap Sambungan Pengelasan Rotary Friction Welding Menggunakan SEM EDX 2024-10-27T08:51:34+07:00Salman Al Farizisalmanalfarizi@gmail.comAgus Fikriagus_fikri@uhamka.ac.idMohammad Mujirudinmmujirudin@gmail.comArry Avorizanoarryavorizano@gmail.com<p><em>Rotary friction welding</em> adalah teknik pengelasan yang memanfaatkan panas yang dihasilkan dari gesekan. Prosesnya melibatkan dua logam yang dipertemukan pada ujung-ujungnya, kemudian kedua permukaan ditekan menggunakan gaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu tekan terhadap pembentukan senyawa intermetalik antara aluminium dan tembaga. Waktu tekan pada penyambungan aluminium dan tembaga ditetapkan sebesar 60, 120, dan 180 detik. Selanjutnya untuk mengidentifikasi distribusi dan konsentrasi senyawa intermetalik yang terbentuk pada masing-masing waktu tekan tersebut digunakan SEM-EDX. Hasil penelitian menunjukkan bahwa morfologi dan komposisi zona sambungan sangat dipengaruhi oleh waktu tekan. Tembaga berdifusi ke dalam aluminium pada waktu tekan yang lebih singkat yaitu 60 detik, menciptakan lapisan intermetalik tipis dan rata. Sebaliknya dengan waktu tekan yang lebih lama 120 dan 180 detik, maka konsentrasi tembaga di zona sambungan cenderung turun karena mekanisme <em>self cleaning</em> dan redistribusi material, yang menghasilkan lapisan intermetalik yang lebih tebal tetapi dengan distribusi yang tidak merata.</p> <p> </p> <p>Rotary friction welding is a welding technique that utilizes heat generated from friction. The process involves two metals that are brought together at their ends, then both surfaces are pressed using force. The aim of this research is to determine the effect of pressing time on the formation of intermetallic compounds between aluminum and copper. The pressing time for joining aluminum and copper was set at 60, 120, and 180 seconds. Furthermore, SEM-EDX was used to identify the distribution and concentration of intermetallic compounds formed at each pressing time. The results showed that the morphology and composition of the joint zone were greatly influenced by the pressing time. Copper diffused into aluminum at a shorter pressing time of 60 seconds, creating a thin and even intermetallic layer. In contrast, with a longer pressing time of 120 and 180 seconds, the copper concentration in the joint zone tended to decrease due to the self-cleaning mechanism and material redistribution, which resulted in a thicker intermetallic layer but with an uneven distribution</p>2024-10-28T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 METALIK : Jurnal Manufaktur, Energi, Material Teknikhttps://journal.uhamka.ac.id/index.php/metalik/article/view/16777Pengaruh Pendinginan terhadap Daya Keluaran dan Efisiensi Sistem Panel Surya2024-10-27T08:49:16+07:00M Shofriyan Efendishofriyanefendi@gmail.comRifky Rifkyrifky@gmail.comYos Nofendriyosnofendri@gmail.comNur rohmannurrohman@gmail.com<p>Salah satu aplikasi energi terbarukan yang memanfaatkan energi matahari adalah panel surya atau sistem fotovoltaik. Kinerja sistem fotovoltaik dipengaruhi oleh besarnya intensitas cahaya matahari dan temperatur permukaan panel surya itu sendiri. Penelitian ini mencoba mengatasi masalah temperatur tersebut dengan membuat sistem pendingin yang dirangkai pada bagian bawah panel surya. Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mendapatkan daya keluaran dan efisiensi sistem fotovoltaik yang maksimal dengan memasang sistem pendingin. Sistem fotovoltaik diekspos ke arah utara sepanjang hari. Sistem fotovoltaik tanpa menggunakan sistem pendingin dan yang menggunakan sistem pendingin dioperasikan dengan waktu pengukuran parameter yang sama. Parameter yang diukur adalah intensitas cahaya, kecepatan angin, debit air, temperatur lingkungan, temperatur panel surya, temperatur pendingin, tegangan listrik dan arus listrik. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa daya keluaran (P_out) tanpa sistem pendingin sebesar 44,439 watt dan daya keluaran (P_out) dengan sistem pendingin sebesar 49,181 watt. Efisiensi sel surya tanpa sistem pendingin sebesar 13,541% dan sel surya dengan sistem pendingin sebesar 14,162%. . Hal ini menunjukkan bahwa sistem pendingin dapat meningkatkan kinerja sel surya.</p> <p> </p> <p>One of the applications of renewable energy that utilizes solar energy is solar panels or photovoltaic systems. The performance of the photovoltaic system is influenced by the amount of sunlight intensity and the surface temperature of the solar panel itself. This research tries to solve the temperature problem by making a cooling system that is strung at the bottom of the solar panel. The research objectives to be achieved are to obtain the maximum output power and efficiency of the photovoltaic system by installing a cooling system. The photovoltaic system is exposed north throughout the day. Photovoltaic systems without the use of cooling systems and those using a cooling system are operated with the same parameter measurement time. The parameters measured are light intensity, wind speed, water discharge, environmental temperature, solar panel temperature, cooling temperature, electric voltage and electric current. The results of the research show that the output power (P_out) without a cooling system of 44.439 watts and an output power (P_out) with a cooling system of 49.181 watts. The efficiency of solar cells without a cooling system was 13,541% and a solar cell with a cooling system was 14,162%. . This shows that the cooling system can improve the performance of solar cells.</p>2024-10-28T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 METALIK : Jurnal Manufaktur, Energi, Material Teknik